Jumat, 01 Juni 2012

PEDAGOGI

Pedagogi : secara literal berati: seni dan ilmu pengetahuan tentang mendidik anak-anak dan sering digunakan sebagai sebuah sinonim untuk suatu pengajaran. Secara lebih tepatnya, pedagogi mewujudkan pendidikan yang berfokuskan guru.

 
Dalam suatu model pedagogi, guru memikul tanggungjawab untuk membuat keputusan tentang apa yang akan dipelajari, dan bagaimana ia akan dipelajari, dan kapan ia akan dipelajari. Guru mengarahkan pembelajaran.

Guru-guru yang hebat dijaman kuno, mulai dari Confusius hingga Plato tidak mengajar cara teknik yang bersifat autoritarian tersebut. Perbedaan yang ada antara apa yang kita ketahui dari gaya-gaya guru yang hebat-hebat, namun, mereka masih memandang pembelajaran sebagai sebuah proses dari pencapaian yang aktif; dan bukan suatu penerimaan secara pasif. Dengan mempertimbangkan hal ini, suatu hal yang mengejutkan bahwa pemebalajaran yang berfokuskan pada guru menjadi sesuatu yang mendominasi pendidikan.

Sebuah penejelasan bagi pendekatan yang berfokuskan guru kembali kita ke jaman Calvinist yang percaya pada kebijaksanaan adalah sesuatu yang jahat. Mereka mendampingi/mendukung para dewasa untuk mengarahkan, mengontrol, dan akhirnya pembelajaran anak-anak agar mereka tetap bodoh/lugu.
Teori lainnya mempertahankan bahwa : sekolah-sekolah pada abad ke-7, di organisir untuk mempersiapkan anak muda untuk menjadi kependetaan. Ditemukan bahwa indoktrinasi merupakan cara yang paling ampuh untuk menanamkan suatu keyakinan/kepercayaan. Beberapa abad kemudian, sekolah yang diorganisisr tersebut menerapkan suatu pendekatan yang sama meskipun hasilnya menjadi sesuatu yang tidak membuat orang bodoh/lugu dan juga tidak membuat orang menyendiri/tertutup.

Jhon Dewey percaya bahwa sekolah formal telah jatuh dan kehilangan potensinya. Dewey menekankan pembelajaran melalui kegiatan yang bervariasi dari pada suatu pembelajaran di mana kurikulum diatur guru secara tradisonal. Ia percaya bahwa, anak-anak belajar lebih banyak dari pengalaman yang terpadu dari pada instruksi yang bersifat autoritarian. Ia yakin berasal dari suatu filsafat pendidikan yang berfokuskan pada pelajar. Ia memegang prinsif bahwa pembelajaran adalah hidup itu sendiri dan bukan hanya membuat persiapan terhadap pendidikan itu sendiri.

Pendidikan dewasa juga telah menjadi korban dari model yang dipusatkan pada guru. Pada tahun 1926, Asosiasi Pendidikan Dewasa Amerika mulai dan dengan cepat mengkaji cara yang lebih baik untuk mendidik orang dewasa. Yang dipengaruhi oleh Dewey, Edwar C. Linderman menulis dalam arti dari pendidikan dewasa.

Sistem akademik kita telah tumbuh dengan tatanan yang berlawanan arah. Subjek dan guru merupakan titik awal. Sedangkan pelajar menjadi sesuatu yang di nomor duakan. Di dalam pendidikan yang konvensional si pelajar dituntut untuk menyesuaikan dirinya kepada suatu kurikulum yang telah terbuat secara baku. Sangat banyak pembelajaran terdiri dari pergantian “vicarious” (seperti merasakan sendiri dari pengalaman orang lain) dari penglaman seseorang dan ilmu pengetahuan seseorang. Ilmu psikologi mengajarkan kita bahwa kita belajar apa yang kita lakukan …. Pengalaman adalah texs book pembelajaran yang paling hidup bagi pelajar. 

Sayangnya, hanya beberapa dari teori Dewey dan Linderman dapat diterapkan dalam pembelajaran modern baik itu untuk anak-anak maupun dewasa. Satu abad setelah Dewey mengusulkan pendidikan yang berfokuskan pada siswa, hampir semua pendidikan formal juga masih berfokuskan pada guru.
Sebagai akibatnya, banyak pelajar meninggalkan sekolah dan kehilangan minat dalam pembelajaran. Bahkan seorang guru yang berniat baikpun dapat memadamkan insting pembelajaran yang bersifat alami dengan mengontrol lingkungan pembelajaran. Dengan orang dewasa, beberapa memandang pembelajaran sebagai suatu kegiatan yang melahkan dan membosankan. 

Dalam usaha untuk memformulasikan suatu teori pemebelajaran dewasa yang komprehensif, Malcolm Knowels, tahun 1973, menerbitkan sebuah buku tentang “Siswa dewasa” : Suatu spesis yang terlantarkan. Membangun dari apa yang telah dilakukan Linderman, Knowels menegaskan bahwa orang dewasa membutuhkan kondisi-kondisi tertentu untuk melakukan pembelajaran. Ia meminjam instilah andragogi untuk mendefinisikan dan menjelaskan kondisi-kondisi tersebut.

Pada aplikasinya di dunia pembelajaran: 

-Dilihat dari sisi siswa/pemelajar, dalam Pedagogi siswa sangat tergantung pada guru. Guru mengasumsikan dirinya bahwa ia bertanggung jawab penuh terhadap apa yang akan diajarkan dan bagaimana mengajarkannya. Gurulah yang mengevaluasi hasil belajar.

-Dilihat dari sisi peran pengalaman siswa/pemelajar dalam pedagogi, pengalaman guru yang lebih dominan. Siswa mengikuti aktifitas belajar, dimana ia sendiri tidak banyak mengalami sesuatu, kecuali sebagai peserta pasif.

-Dilihat dari sisi orientasi dalam belajar, dalam pedagogi, dalam pedagogi pembelajaran dianggap sebagai proses perolehan suatu pengetahuan (mata ajar) yang telah ditentukan sebelumnya. Materi ajar telah diourutkan secara sistematis dan logis sesuai dengan topik-topik mata ajar.

-Dilihat dari motivasi belajar, dalam pedagogi, motivasi datang secara eksternal, artinya disuruh atau dipaksa atau diwajibkan atau dituntut untuk mengikuti suatu pendidikan tertentu.

Sumber:
http://klubhausbuku.wordpress.com/2008/06/07/pengenalan-andragogi-pedagogi/
http://imtaq.com/perbedaan-pedagogi-dan-andragogy/
http://id.wikipedia.org/wiki/Pedagogi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar